Klitih akan Tetap Eksis selama yang Diserang Bukan Tempat Ibadah
Isu kekerasan di Yogya akhir-akhir ini tengah memuncak. Hampir setiap malam di grup Facebook Info Cegatan Jogja (ICJ), pasti ada saja bocah yang tertangkap saat sedang melakukan aksi menyerang pengendara motor di jalanan. Anehnya, mereka terus saja ada.
Eksistensinya tidak pernah terganggu oleh tangkapan-tangkapan warga. Nyali mereka kuat. Mereka seperti tidak pernah habis.
Selalu hadir dan aktif membuat kegaduhan yang menakutkan. Belum lagi
ditambah dengan konvoi salah satu pendukung tim sepakbola lokal. Lengkap sudah
penderitaan pengguna jalanan di Yogya pada malam hari.
Sekitar dua malam yang lalu juga ada seorang perempuan pengendara motor yang menjadi korban kebiadaban klitih. Dia mengalami luka yang cukup membuat ngilu.
Satu malam setelahnya, lima bocah yang rata-rata masih di
bawah usia 16 tahun tertangkap oleh warga membawa senjata tajam.
Meskipun begitu, masih banyak orang yang tidak tahu klitih. Apalagi kalau bukan orang Yogya. Identitasnya memang membingungkan.
Penjahat
macam apa yang menyerang orang di jalan tanpa mengambil barang berharga milik
korban?
Mereka menyerang secara acak menggunakan senjata tajam semacam celurit, pedang, gir motor yang dibuat sedemikian rupa untuk melukai korban, dan benda tajam lainnya.
Tujuannya cuma menyakiti korban saja. Ini yang
membuat klitih sama sekali tidak memiliki identitas nasional, bahkan
internasional. Identitas mereka sangat lokal. Khas Yogya.
Klitih itu bukan begal. Mereka tidak mencuri barang. Kalau
dibilang anak-anak yang iseng juga enggak. Pasalnya, keisengan seperti apa yang
membuat orang lain terluka parah, bahkan sampai meninggal dunia?
Ini (mungkin) yang membuat penegak hukum merasa agak kebingungan mengidentifikasi klitih.
Kalau mau dibasmi dengan masif, mereka
bukan begal, dan rata-rata masih anak di bawah umur, kalau tidak dimusnahkan juga
kelakuan mereka meresahkan bahkan menakutkan.
Tapi keresahan yang ditimbulkan klitih sejauh ini rupanya masih
belum menggugah pemimpin kita untuk berbuat sesuatu dengan tegas. Masih dalam
batas wajar, katanya.
Klitih itu seperti mahasiswa otak pas-pasan dengan ekonomi nanggung yang mau daftar beasiswa. Miskin enggak, pinter juga enggak.
Jadi,
tidak ada alasan untuk meloloskan golongan orang seperti itu. Kalau mau lolos
harus pinter banget, kalau enggak, ya, miskin banget.
Andai saja klitih lebih berani lagi untuk mempertegas
identitasnya. Kejahatan di dunia ini sebetulnya banyak jenisnya, tinggal pilih
saja, mau menjadi penjahat yang seperti apa.
Kalau saran saya, berhubung kita di Indonesia dan kelakuan
mereka sudah berujung ke arah meneror pengendara motor di jalanan, pertegas
saja dengan melakukan tindakan teror-teror yang lain. Menyerang masjid atau
gereja misalnya.
Kalau itu dilakukan, maka identitas mereka akan semakin jelas. Aksi mereka pasti bisa mengundang orang-orang di atas untuk ikut nimbrung dalam isu ini.
Klitih bukan lagi pemuda iseng yang menyakiti korban secara
acak, klitih sudah berubah menjadi teroris.
Lama kelamaan, isu klitih ini pasti jadi lebih menarik untuk diperbincangkan dan keviralannya akan semakin menjadi-jadi.
Ormas-ormas yang selama ini fokus pada urusan intoleran, radikalisme, dan menjunjung tinggi pluralisme juga akan ikut bergerak.
Maju paling depan membela Pancasila dan
mengerahkan segala kekuatan untuk mengatasi klitih.
Media akan banyak meliput dan menganggap aksi itu sebagai
darurat toleransi. Bahkan, Mata Najwa mungkin akan mengangkat isu ini menjadi
tema di acara mereka.
Atas keviralan yang memuncak, perbincangan yang tiada henti,
dan tuntutan dari berbagai kalangan yang selalu datang, tidak ada alasan lagi
bagi penegak hukum untuk tidak segera bertindak. Klitih akan dibinasakan dengan
kekuatan penuh.
Kelompok mereka akan segera diberantas dengan tegas.
Gerombolan orang dengan masa depan suram itu akan segera enyah dan berubah
menjadi pria kecil yang selalu merengek minta dibelikan pulsa oleh orang tuanya
untuk main game ML.
Endingnya, pengendara motor di Yogya bisa berkendara dengan
aman dan nyaman pada malam hingga dini hari.
Tapi ini semua hanya akan terjadi kalau klitih benar-benar mempertegas identitasnya.
Masalahnya, sejauh ini tidak ada sama sekali
tanda-tanda bahwa mereka akan menyerang tempat ibadah. Jujur, saya sangat
menantikan aksi mereka menyerang masjid atau gereja.
Kalau mereka masih menyerang orang-orang kelas bawah di jalanan, ya, sepertinya penanganannya masih akan begini-begini saja.
Kita
sebagai pengguna jalan yang resah tidak bisa berharap lebih dan hanya bisa
membuat tagar di Twitter.
Posting Komentar untuk "Klitih akan Tetap Eksis selama yang Diserang Bukan Tempat Ibadah"
Beri saran